Studi Islam Al-Amin

Cerdas, Sholeh, Profesional

Rabu, 29 Februari 2012

Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.

Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.


2. Umar Bin Khatab ra.

Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.

Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.

Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas

Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid

Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah

Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2006/12/20/sepuluh-sahabat-yang-dijamin-masuk-surga/

Foto-foto TABIR 2012

Inilah beberapa momen-momen dari Tabir 2012 yang berlangsung pada tanggal 2-4 Januari di Mugirjo..







Lima Peran Penulis Muslim

ADA lima peranan yang harus diemban oleh penulis muslim. Kelima peran ini awalnya disebut sebagai peran “Jurnalis Muslim” yang image-nya lebih dekat kepada pekerja media massa. Dalam tulisan ini bolehlah kita ambil kelima peran itu sebagai peranan yang harus dimainkan oleh seluruh penulis muslim.

1. Sebagai Pendidik (mu’addib)

Penulis muslim adalah pendidik, murobbi, ia menjalankan fungsi edukasi dalam Islam. Karena ia pendidikn, maka tentu ia harus lebih menguasai terlebih dahulu ajaran Islam dari perkara akidah, syariah hingga muamalah sebelum mentransformasikan ilmunya kepada masyarakat.
Sebagai pendidik penulis muslim menjalankan fungsi yang mulia. Oleh karen mendidik adalah pekerjaan yang membutuhkan kecermatan, strategi, kecerdasan tersendiri, dan kesabaran.
Kenapa kita harus menjadi pendidik? Jawabannya, marilah kita lihat bacaan remaja kita saat ini. Rata-rata dari mereka lebih senang membaca buku-buku yang sifatnya kurang bermanfaat bahkan menyimpang dari ajaran Islam, padahal mereka orang Islam dan penulis buku itu juga Islam. Sebagai pendidik, kita harus melihat potret yang tidak menyenangkan ini dengan menawarkan bacaan-bacaan yang edukatif, yang mendidik yang masuk dalam akal mereka.


2. Sebagai Pelurus Informasi (musaddid)

Kenapa harus diluruskan? Dari kalimat ini kita bisa mengambil kesimpulan: berarti ada yang bengkok. Apa saja variabel yang perlu kita luruskan sebagai seorang musaddid?
Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh penulis muslim: Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam, Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam dan Ketiga, menggali kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia
Peranan sebagai musaddid sangatlah penting karena banyak informasi yang kita baca ternyata salah. Informasi ini dihembuskan oleh pada orientalis yang sengaja merusak citra Islam, anak-anak muda yang sedang “puber intelektual” atau orang-orang bodoh yang mengutip pendapat yang salah kemudian disampaikan kepada masyarakat.
Para penulis muslim yang profesinya sebagai musaddid cukup banyak di negeri kita. Prof.H.Muhammad Rasyidi misalkan, beliau dikenal sangat gencar dalam mengkritik pemikiran Cak Nur (Nurcholish Madjid) atau pemikiran yang akhir-akhir ini kita kenal dinamakan SEPILIS (Sekularisme—Pluralisme—Liberalisme). Hartono Ahmad Jaiz, Adian Husaini, Luthfi Bashori, Muhammad Amin Jamaluddin, Anis Malik Thoha, Daud Rasyid, Irfan S. Awwas, Fauzan Al-Anshari serta Muhammad Thalib adalah beberapa nama yang tulisan-tulisannya gencar “membabat” pemikiran kaum SEPILIS.
Seorang ustadz pernah berkata perihal bagaimana menghadapi pemikiran liberal, “Jika kaum SEPILIS menulis satu buku, maka kita harus menulis 10 buku untuk meng-counter tulisan itu!”
Penulis muslim, seyogyanya memang harus meluruskan informasi yang salah tentang Islam, baik yang datang dari orang Islam sendiri ataukah orang di luar Islam. Namun terkadang dalam beberapa kasus ada juga non muslim yang mengkritik pendapat yang disalahtafirkan di dunia barat. Karen Armstrong adalah satu dari kelompok itu. Dalam bukunya Islam: A Short History, Armstrong melancarkan kritikan kepada penulis barat yang tidak objektif,
”Di Barat, jumlah istri Muhammad seringkali dianggap sebagai kecabulan, tetapi merupakan suatu kesalahan jika membayangkan bahwa nabi bersenang-senang dalam gairah seksual, seperti beberapa pemimpin Islam selanjutnya. Di Mekkah, Muhammad masih monogami, hanya menikah dengan Khadijah, walaupun poligami sudah biasa di Arab. Khadijah jauh lebih tua, tetapi melahirkan setidaknya enam anaknya yang kemudian cuma empat anak perempuan yang bertahan hidup.”
Ini tulisan seorang non-muslim yang tahu sejarah. Dia saja yang bukan Islam bisa membela nabi, kenapa kita yang notabene agama Islam tidak meluruskan ajaran-ajaran nabi yang disalahtafsirkan?

3. Sebagai Pembaru (mujaddid)

Kenapa harus diperbarui? Itu karena ada pemikiran yang sudah tidak up to date, tidak pas lagi dengan kondisi saat ini atau telah keluar dari ajaran Islam. Seorang penulis yang mujaddid akan menyebarkan paham pembaharuan setelah menganalisis sejarah umat Islam dan ajarannya.
Maraknya bid’ah, khurafat, takhyul, penyembahan kuburan serta isme-isme menyimpang perlu disikapi oleh sang mujaddid. Kesemua hal itu terjadi adalah karena jauhnya umat dari ajaran Islam yang murni. Mereka telah tercemari dengan pemikiran di luar Islam yang sekilas rasional akan tetapi merusak sendi-sendi akidah umat Islam. Seorang mujaddid yang peduli harus menggerakkan jemarinya untuk mendakwahkan Islam dengan ajaran yang benar sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah.

4. Sebagai Pemersatu (muwahid)

Seorang penulis muslim sebisa mungkin menjadi pemersatu umat Islam. Bukan menyebabkan perpecahan umat dari tulisannya. Seorang ustadz ketika ditanya apa cita-citanya dalam perjuangan ini, ia menjawab, ”Saya ingin menyatukan umat Islam! Sampai kapan kita terus-terusan berpecah seperti ini...”
Untuk mempersatukan umat Islam, maka mutlak kita harus menguasai ilmu-ilmu syariah, serta ilmu-ilmu bantu lainnya. Seorang penulis yang mau menyatukan pemikiran dan hati umat ini juga harus banyak tahu tentang Islam dari sumbernya yang asli.
Dalam menuliskan idenya, seorang pemersatu juga tidak dibolehlah memaki-maki pendapat orang lain. Jika dia ingin mengkritik, maka harus dengan kritikan yang lembut, yang tidak menyakiti hati orang lain, dengan cara yang paling ahsan sebagaimana diajarkan Allah dalam al-Qur’an.


5. Sebagai Pejuang (mujaahid)

Mujahid yang bersenjatakan pena adalah pejuang yang membela Islam dalam karya-karyanya. Sang mujahid akan berusaha keras untuk membentuk opini publik yang konstruktif tentang Islam dan umat Islam. Jika selama ini syariah Islam hanya dipahami sebagai potong tangan, atau rajam maka pendapat itu perlu diluruskan. Tujuan dari adanya syariat Islam untuk kita semua memiliki fungsi untuk beberapa hal: menjaga agama (hifdzud diin), menjaga kehormatan (hifdzul ’irdl), menjaga jiwa (hifdzun nafs), menjaga harta (hifdzul maal), dan menjaga akal (hifdzul ’aql). Jadi, syariat itu hakikinya untuk kebaikan dan keselamatan kita semua...
Point kelima ini sebenarnya adalah kesimpulan dari seluruh tugas seorang penulis muslim. Ia harus menjadi mujahid yang bersungguh-sungguh berjuang untuk tegaknya kebenaran Islam!

Selasa, 28 Februari 2012

Semangat dan Hikmah di Balik Senyuman

Langkahku kian cepat
Terdorong hembusan nan kuat
Angin kencang awali musim semi
Kikis sang bongkahan putih

Tak terasa tiga bulan telah kulalui di tanah Krakow, tempat Paus Paulus II lahir dan menghabiskan masa kecil. Pertama kali kami tiba, appartement yang disediakan kantor di Grodzka, sangat dekat dengan 'ruang kenangan' masa kecil Paus paulus II itu. Ramai wisatawan lokal dan asing, juga para rohaniawan gereja yang berkunjung ke sana. Karena wilayah ini adalah sentral buat turis, tidak ada yang memandang terlalu aneh dengan kain hijab yang kukenakan.Baguslah, pikirku, tidak enak menjadi bahan perhatian orang tentunya.

Namun itu tidak berlangsung lama, apalagi sejak kami harus pindah ke appartement di pinggir kota, harus membaur dengan warga lokal.
 Nyatanya, wajah asiaku tetap kentara walaupun mereka tidak melihat warna rambutku. Dan mulailah tatap keanehan makin menjadi kalau aku keluar rumah, mungkin mereka bingung, musim dingin hampir berakhir, kenapa kepalaku selalu tertutup rapat—serapat pakaianku, tidak ber-jeans seperti mereka, tidak mengetatkan belahan di dada seperti mereka.Akhirnya yang tadinya aku berjalan tegap dan bersemangat, perlahan mulai sering menunduk, akibat rasa malas saat dipandang aneh seperti itu.

Sungguh kangen dengan saudari-saudariku yang bersama-sama duduk dalam majelis ilmu, saling mengingatkan dan memacu semangat untuk maju. Sungguh rindu akan kebersamaan itu…
Oh Robbi, namun bukanlah muslimah sejati kalau aku tidak mensyukuri nikmatMU, bukanlah muslimah sejati jika aku tidak dapat mengambil hikmah, bukan muslimah sejati jika aku tidak paham akan skenarioMU yang paling indah.

Teringat pada surat CintaNYA, "wa qaala innanii minal muslimiin".
 Dia sedang menambah ujian padaku apakah tetap "sami’na wa atho’na" 
Bahwasanya aku bukan anak manja Ayah-Ibuku lagi, bukan sosok yang melulu minta dipeluk ibu dan kakak-kakakku…
bahwasanya aku adalah seorang Istri yang harus men-support Suami dimanapun dan kapanpun, dan harus selalu istiqomah dan bangga sebagai muslim dimanapun berada, kapanpun…

Seraya menjemur pakaian, kukenang peristiwa sebulan yang lalu. Kala aku pergi belanja dengan bad-mood akibat badai salju yang menerpa. Saat itu, suhu masih sangat extrim, beku semua masakanku, telur, susu dan jus juga membeku, minus dua puluh dua derajat celcius! Hidung dan pipiku bagaikan apel merah, juga pipi bayiku dan abangnya.Jika telinga tak ditutupi topi tebal, teling pun akan sangat merah, suhu dingin menusuk tulang.

Saat itu, kuusahakan bertahan jalan sekuat tenaga demi harus berbelanja bahan makanan. Kupikir, yakinlah, bahwa ujian para ummahatul mukminin zaman dulu jauh lebih berat dari ini, ujian para wanita sholihat di Palestina pun jauh lebih berat dari ini.Alhamdulillah respon otakku menghancurkan bad-mood itu, memasuki pusat perbelanjaan.

Aku tersenyum, ramah pada siapapun, walaupun banyak pengunjung yang membawa anjing (hewan yang tidak kusukai) berjalan-jalan di mall itu. Aku langsung memasuki wilayah tempat sayur-mayur dijual, bersama bayiku. Sedangkan Suami dan Si Abang menuju toko Boots, Abang perlu membeli sepatu boot, sepatunya yang lama kurang melindungi kaki di tengah salju.


Saat akan membeli makanan di tempat makanan beku, seseorang pelayan mencolekku, sambil berbisik “treść wieprzowych” (ada kadar babi di dalamnya). Segera kuurungkan membeli makanan itu. Ternyata di negara yang umat Muslimnya hanya nol koma sekian persen, ada juga orang yang tahu kalau daging babi haram bagi kita umat Muslim.

Pelayan itu mungkin berasal dari Gdanzk, tempat yang umat Muslimnya lumayan banyak, jadi dia pernah lihat orang berjilbab sepertiku, itu pemahaman bahasa Polandku yang masih belepotan saat bercakap dengannya.

Alhamdulillah, dengan menunjukkan identitas Muslimah, aku dan keluarga terhindar dari makanan haram. Terima kasih Ya Allah…
Setelah membeli sayur dan buah-buahan, jus, susu UHT serta biskuit bayi, dll (kecuali daging dan ayam, sebab di sini tidak ada daging Halal), segera kutelepon Suami untuk berjumpa di sudut mall.

Kutatap bayiku yang mulai menunjukkan keresahan karena ingin nenen, masih ASI pastinya! Waduh, tidak ada ruang menyusui nih. Sedikit panik, Aku menuju ke WC. Antrian panjang banget, bagaikan antrian formulir UMPTN zaman dulu. Wah, gimana nih, bayiku mulai menangis, nampaknya haus sekali. Terpaksa kubuka dada dengan ancang-ancang mau menyusui di ruang WC wanita, yang antriannya panjang itu. Kututupi dengan jilbab saat sang pangeran kecilku sudah mengecup asyik, mulai mendapatkan Haknya.

Eits, tiba-tiba penjaga WC (wanita) menghampiriku, dan bicara bahasa Poland, bla bla bla... aku bilang aja jawaban andalanku, “Nie rozomiem, I cannot understand popolski, sorry...” (tidak mengerti maksudnya) tapi aku pasang senyuman manis walau rada panik, takut bayiku terganggu.

Wanita itu membalas senyum lalu menggandeng tanganku, kuikuti dia sambil tetap menyusui, ternyata dia mengajakku ke WC khusus buat orang yang perlu bantuan (yang berkursi roda, sakit, dsb) biasanya WC khusus itu terkunci, dia bukakan dan mempersilakan aku masuk. Alhamdulillah rezeki. “Dzenky,” kataku. Setengah jam lumayan puas, bayiku bersendawa, lalu kami keluar WC, alhamdulillah. Ruang privasi untuk menyusui hari itu adalah rezeki yang sangat bernilai tinggi bagiku. Oh Allah, Engkau memang Maha Kasih dan selalu menjaga kami…

Kubaca SMS yang masuk melalui Iphoneku, Sholat dhuhamu nggak tinggalkan nak? Oh, Ibuku tersayang mengingatkanku, beliau pernah bilang bahwa dengan membiasakan diri sholat Dhuha dan Dzikrullah saat menyelesaikan aktivitas rumah tangga, Allah SWT akan memperluas rezekimu, rezeki atas persahabatan, banyak ilmu dan wawasan, insyaAllah.

Dua bulan di Krakow, satu pun belum pernah aku jumpai Muslimah. Suamiku sudah bertemu Muslim lain, sekitar 10-15 orang saat sholat Jumat, tapi rata-rata mereka adalah pelajar, jadi masih single, belum berjumpa dengan brothers yang membawa keluarga kesini, agar Istrinya bisa menjadi sohibku.

Sambil membalas SMS, Aku mencari tempat duduk—tempat suamiku menunggu. Lalu saat kami telah bertemu, kuceritakan sekilas kejadian indah tadi, lalu kami memasang perlengkapan Anak-anak kembali, mantel, sarung tangan tebal, selanjutnya berjalan menuju pintu keluar pertokoan. Aku berusaha tetap tersenyum tatkala ada anjing berkepang dua berlari ke arahku.

Dalam hati, "Idiiih majikannya menyebalkan, aku kan ngeri sama tuh anjing, waduh!"Untungnya Si Majikannya cepat berbalik arah, lega deh saat Si Kepang Dua itu ikut berbalik arah.
 Trap trap trap... kami berjalan cepat, beriringan.

Tiba-tiba seorang wanita menyapa, 
“Assalamalaykom yaa ukhtayya...” sambil menatapku mesra.

“Waalaykumussalam warohmatullahi wabarokatuuh...” 
spontan jawabku, lama tak mendengar salam itu dari mulut orang lain selain kami sekeluarga.


“You are Mooslemah, right?” to the point dia.
 “Yes, exactly! And you sister?”seterusnya mengalir percakapan kami.

Kami berkenalan, berpelukan bagaikan telah bersahabat sejak lama, dia bernama Umm Al-Hakam, hanya 5 menit kami bercakap sambil berdiri. Anakku sudah sangat lelah, sehingga undangan “nge-teh bareng”-nya harus kutolak. Lima menit bercakap, tapi menciptakan sejuta pelangi di hatiku, penghibur jiwa sepiku.

Umm Hakam adalah wanita Syria yang sudah 20 tahun menetap di kota Rabka, 2 jam perjalanan dari tempatku. Beliau memberikan pujian yang mendalam dengan tulus atas jilbab yang kukenakan, sementara bertahun-tahun jarang sekali ia melihat Muslimah muncul di tanah Krakow ini.

“Sister, you are very beautiful, like an angel…Believe me. I am proud of you, sister…”Ah pasti pipiku merah.
 Umm Al Hakam adalah seorang dokter yang masih melanjutkan kuliah, namun dia berkata, “But everyday I am at home, Because I have children. My husband ask me to always stand by at home, hahaha.”

Subhanallah! Maha Suci Allah yang telah mempertemukanku dengan saudari yang cerdas ini, yang hanya beberapa menit berjumpa—namun kata-kata motivasinya sungguh menggetarkan jiwa. Beliau lancar bahasa Arab (bahasa aslinya), Inggris, Jerman, Poland, dan beberapa bahasa lain.

Perjumpaan yang telah diaturNya, apalagi saat kutau alasan Umm Hakam menyapaku, karena senyuman. Beliau bilang, kalau kamu tidak senyum, aku takut dan ragu menyapamu, karena rata-rata “Nuns” disini berpakaian seperti Muslimah, tapi mimik muka jarang tersenyum.Subhanallah… senyum itu membawa hikmah besar ternyata…
Lima menit percakapan kami, banyak hal urgent yang kudapatkan, wawasan dan ilmu dalam kalimat Umm Al Hakam.

Aku jadi teringat SMS sahabatku, “Ri sayang... Persahabatan/ukhuwah sejati adalah hal terindah setelah kita menjadi seorang Muslim/ah”.

Saudara-saudariku, hari ini kita merugi jika wajah cemberut berlama-lama, kusut masai."Tabassumuka fii wajhi akhiika shadaqatun (Senyummu untuk saudaramu adalah shadaqah)" (HR. Bukhari)

Sambutlah harimu dengan senyuman, menegur diriku sendiri, bukankah Allah SWT telah melimpahkan segala nikmat kepadaku, termasuk kenikmatan memijakkan kaki ke sudut bumi krakow ini? Ya Allah, Ampuni hamba, Ya Robb... sekarang hamba makin yakin bahwa keberadaanku disini pasti ada hikmah, diawali dengan persaudaraan bersama Umm Al Hakam yang hingga kini makin rajin meneleponku walau kadang hanya menanyakan kabar, tidak pantas aku menunduk malu hanya gara-gara tidak mau dipandang 'aneh', seharusnya aku tetap istiqomah dan bangga sebagai muslimah, sebab Allah SWT pasti melimpahkan Penjagaan terbaikNYA sepanjang waktu, kunantikan selalu didikanMu dalam jalani hidup ini, masih panjang skenarioMu.

Segumpal awan berarak rapi
Mempercantik langitMu nan biru
Dalam sujud dan obrolan pada ILahi
Kutitipkan jeritan nurani
Salam rindu untukmu Saudaraku...
Senyummu bahasa kalbu

Jadi Jurnalis Muslim, Kenapa tidak??

Jurnalistik Islami merupakan salah satu jawaban terhadap berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam. Kita harus berupaya menjadikan jurnalistik Islami sebagai “ideologi” para jurnalis Muslim.
“Ideologi” jurnalistik Islam akan mendorong munculnya ghirah, semangat, membela kepentingan Islam dan umatnya, juga menyosialisasikan nilai-nilai Islam, sekaligus meng-counter dan mem-filter derasnya arus informasi jahili dari kaum anti-Islam.
Insya Allah, jurnalistik Islami ini menjadi “ideologi jurnalistik” jajaran redaksi dan manajemen blog studia ini, mungkin tinggal “poles” soal bahasa jurnalistiknya.
Dapat juga jurnalistik Islam dimaknakan sebagai “proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan dan sosialisasi nilai- nilai Islam”.

Jurnalistik Islami bisa dikatakan sebagai crusade journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam. Jurnalistik Islami mengemban misi ‘amar ma’ruf nahi munkar (Q.S. 3:104).

Jadi, jurnalistik Islami adalah upaya dakwah Islamiyah juga. Karena jurnalistik Islami bermisi ‘amar ma’ruf nahi munkar, maka ciri khas jurnalistik Islami adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia berpesan (memberikan message) dan berusaha keras untuk mempengaruhi komunikan/khalayak, agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

Jurnalistik Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografis, menjauh¬kan promosi kemaksiatan, atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, pemutarbalikkan fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran, dan sebagainya. Jurnalistik Islami harus mampu mempengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku destruktif, dan menawarkan solusi Islami atas setiap masalah.


Karena jurnalistik Islami adalah jurnalistik dakwah, setiap jurnalis (wartawan) Muslim berkewajiban menjadikan jurnalistik Islami sebagai “ideologi” dalam profesinya. Baik jurnalis Muslim yang bekerja pada media massa umum maupun –apalagi– pada media massa Islam. Karena dakwah memang merupakan kewajiban melekat dalam diri setiap Muslim.


Jurnalis Muslim memang akan sulit mengemban misinya atau mematuhi “ideologi jurnalistik Islami”-nya, jika ia bekerja pada media massa non-Islam, atau media yang jauh dari misi Islami, karena ia kemungkinan terbawa arus dan terkena kebijakan redaksional yang tidak committed akan nilai-nilai Islam.
Jurnalis Muslim adalah sosok jurudakwah (da’i) di bidang pers, yakni mengemban da’wah bil qolam (dakwah melalui tulisan). Ia adalah jurnalis yang terikat dengan nilai-nilai, norma, dan etika Islam.
Karena jurudakwah menebarkan kebenaran Ilahi, maka jurnalis Muslim laksana “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki sifat-sifat kenabian, seperti Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.


Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran Islam (al-Quran dan as-Sunnah). Amanah artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta, dan sebagainya.
Tabligh artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, tidak menyembunyikannya. Sedangkan fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis Muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi, termasuk membaca apa yang diperlukan umat.
Jurnalis Muslim bukan saja para wartawan yang bergama Islam dan comitted dengan ajaran agamanya, melainkan juga para cendekiawan Muslim, ulama, mubalig, dan umat Islam pada umumnya yang cakap menulis di media massa.


Setidaknya ada lima peranan jurnalis Muslim, yaitu:
1. Sebagai Pendidik (Muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Ia harus lebih menguasai ajaran Islam daru rata-rata khalayak pembaca. Lewat media massa, ia mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ia memikul tugas mulia untuk mencegah umat Islam dari berperilaku yang menyimpang dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa non-Islami yang anti-Islam.


2. Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para jurnalis Muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu jurnalis Muslim dituntut mampu menggali –melakukan investigative reporting– tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Peran Musaddid terasa relevansi dan urgensinya mengingat informasi tentang Islam dan umatnya yang datang dari pers Barat biasanya biased (menyimpang, berat sebelah) dan distorsif, manipulatif, alias penuh rekayasa untuk memojokkan Islam yang tidak disukainya. Di sini, jurnalis Muslim dituntut berusaha mengikis fobi Islam (Islamophobia) yang merupakan produk propaganda pers Barat yang anti-Islam.


3. Sebagai Pembaharu (Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam). Jurnalis Muslim hendaknya menjadi “jurubicara” para pembaharu, yang menyerukan umat Islam memegang teguh al-Quran dan as-Sunnah, memurnikan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya (membersihkannya dari bid’ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme asing non-Islami), dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat.


4. Sebagai Pemersatu (Muwahid), yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi atau both side information) harus ditegakkan. Jurnalis Muslim harus membuang jauh-jauh sikap sektarian yang –mengutip panangan pakar komunikasi Dr. Jalaluddin Rakhmat—“baik secara ideal maupun komersial tidaklah menguntungkan”.


5. Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang-pembela Islam. Melalui media massa, jurnalis Muslim berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakkan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif dan rahmatan lil’alamin, serta menanamkan ruhul jihad di kalangan umat. Menurut Jalaluddin Rakhmat, peran kelima ini, yaitu sebagai Mujahid, sebenarnya “menyimpulkan keempat peran sebelumnya”.

From Medifo, For Studia Member..

Kepada seluruh anggota studia diharapkan dapat menjadi "Jurnalis/penulis" di blog Studia ini caranya :
1. Kirimkan Email anda (email Gmail) dengan membalas postingan ini atau kirim via sms ke no.hp admin
2. Email anda akan dikirimi pesan dari Blog Studia dan segera konfirmasi emailnya di kotak masuk
3. Setelah anda konfirmasi email dari studia, anda bisa log in menggunakan email & password anda ke blog
    studia (buka blogger.com > Log in).
4. Catatan : - Anda hanya dapat memostingkan tulisan anda ke blog Studia.
                  -  Anda harus memiliki blog pribadi di blogger.
5. Selain anggota studia juga bisa berpartisipasi untuk memostingkan tulisannya dengan izin dari ketua studia
    terlebih dahulu.

Sekolah Binaan STUDIA

Seperti diketahui bahwa salah satu program Studia adalah KISAH (Kajian Islam Sekolah) melalui departemen DK, Kisah sudah menyebar ke 10 sekolah-sekolah SMA/SMK/Sederajat di samarinda diantaranya :
1. SMK Medika Samarinda
2. SMK Farmasi Samarinda
3. SMA Islam Samarinda
4. SMK Negeri 3 Samarinda
5. SMK Negeri 1 Samarinda
6. SMK Negeri 7 Samarinda
7. SMA Negeri 8 Samarinda
8. SMK Negeri 9 Samarinda
9. SMA Negeri 1 Samarinda

Kisah (Kajian Islam Sekolah) adalah program yang tujuannya untuk membina dan membentuk generasi muda Islam agar berkepribadian hanif / lurus baik aqidah, ibadah maupun akhlak. Semoga dengan hadirnya Kisah disekolah dapat memberikan manfaat bagi generasi muda Islam.

Senin, 27 Februari 2012

Nasehat Hasan Al-Bana


Imam Syahid Hasan Al-Banna merupakan seorang ulama Islam yang memiliki pengaruh besar di Abad ini. Beliau adalah pendiri dari salah satu harakah Islam Ikhwanul Muslimin. Ada 10 wasiat Hasan Al-Banna yang terkenal dikalangan aktivisi maupun simpatisan Ikhwanul Muslimin. Wejangan Imam Syahid yang sepuluh ini bersifat sederhana dan mudah dihafal. Layaknya seperti kiat-kiat aktifitas rutin harian yang setiap saat harus dihayati dan dilaksanakan oleh setiap anggota Jamaah Ikhwanul Muslimun. 10 Wasiat Imam Syahid adalah sebagai berikut :
1.Bangunlah segera untuk melaksanakan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaanmu.
2.baca, telaah, dan dengarlah Al-Qur-an, berdzikirlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan janganlah engkau senang menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada faedahnya.
3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa dan berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
4.Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang percakapan karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5 Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (berdzikir) adalah tenang dan tenteram.
6.Jangan suka bergurau, karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh- sungguh terus menerus.
7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal itu akan mengganggu dan menyakiti.
8. Jauhilah ghibah (menggunjing) atau menyakiti hati orang lain dalam bentuk apa pun dan janganlah berbicara kecuali yang baik.
9. Berkenalanlah dengan saudaramu yang engkau temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan taawun (kerjasama).
10. Pekerjaan rumah (PR) kita sebenarnya lebih bertumpuk daripada waktu yang tersedia, maka tolonglah saudaramu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai keperluan maka sederhanakan dan cepatlah diselesaikan.

Penyakit Hati : Sombong

Sebenarnya yang dimaksud Allah dengan sombong itu yang seperti apa sih?


Mengapa sombong begitu dijauhkan dari surga dan kekal di neraka?


“Rasulullah s.a.w bersabda: ‘Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang dalam hatinyaada kesombongan barang seberat debu.’ Seorang laki-laki bertanya : ‘sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan terompahnya bagus.’ Nabi menjawab: ‘Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain.’” (Shahih Muslim)


(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (Al mukmin:35)

Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yangsombong. (an nahl:22)

“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahanam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong“. (al mukmin:76)

Semoga kita bukan lah orang yang sombong, yaitu orang yang menolak kebenaran yang datang kepada mereka, yang mengingkari ayat-ayat Allah (Al-Qur’an)..

~Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(2:147)~


Da'wah dan Kaderisasi Studia

DK adalah Departement yang setiap program kerjanya di tujukan kepada external ( Di luar ) STUDIA. merancang kegiatan-kegiatan dakwah untuk mensyiarkan ISLAM menyeluruh dikalangan Pelajar dan Pemuda tingkat mahasiswa maupun umum. DK bekerja Secara TIM di mana setiap anggota yang berada dalam departement DK mempunyai amanah-amanah dalam membantu terlaksananya program kerja Departement DK. adapun program-program kerja yang ada saat ini dalam departemen DK adalah :
- KISAH ( Kajian Islam Sekolah )
- PASIB ( Pembinaan Akhlak Siswa Baru )
- MR ( Madrasah Ramadhan )
- TABIR ( Training Bina Islam Remaja )
- PELITA ( Pertemuan Alumni Tabir )
- SDS ( Silaturahim Dakwah Sekolah )
- DAM ( Dialoge Ath Moment )
- TRACKS ( Training Calon Kader STUDIA )

Medifo itu apa sih ?

MEDIFO adalah Departement yang setiap program kerjanya di tujukan kepada intern maupun extern STUDIA. bidang ini berperan membantu dakwah seluruh departemen lain, khususnya dalam hal Media dan Informasi, untuk Mempublikasikan aktifitas STUDIA sebagai Lembaga dakwah. serta Mensyiarkan dan Mempublikasikan ISLAM lewat Media. MEDIFO bekerja Secara TIM di mana setiap anggota yang berada dalam departement MEDIFO mempunyai amanah-amanah dalam membantu terlaksananya program kerja Departement MEDIFO.adapun program-program kerja yang ada saat ini dalam departemen MEDIFO adalah :
- Buletin Jumat.
- PELASTIK ( Pelatihan Jurnalistik )
- Bank DATA.
- SEMINAR.
- DOKUMENTASI.
- PERPUSTAKAAN STUDIA.

Minggu, 26 Februari 2012

PELITA 2012

Bismillah.....hari ini minggu 26-2-2012 kembali lembaga dakwah studi islam al-amin (STUDIA ) mengadakan satu program kerja dari departemen dakwah dan kaderisasi ( DK ) yaitu Pertemuan alumni Tabir ( PELITA ). DK adalah salh satu departemen yang menangani dakwah external. acara Pelita kali ini di ikuti oleh 30 undangan ikhwan dan 65 undangan akhwat. bertempat di ball room PERPUSDA samarinda. tampak dari hari sabtu sore hingga selesainya acara panitia sibuk untuk menyiapkan acara hari minggunya. berlangsungnya acara ini juga tidak lepas dari banyaknya pihak yang membantu tenaga maupun dalam bentuk dana. alhamdulillah acara PELITA berlangsug Lancar dari pembukaan hingga akhir penutupan. tajuk tema yang di ambil dalam pertemuan alumni TABIR kali ini adalah "Remaja Islam Remaja masa kini" d mna ada pesan yg baik di sampaikan oleh pembicara Ustadz Husni mutaqien. pesan beliau kepada seluruh remaja muslim unutk terus meningkatkan dan mencari ilmu2 agama islam ini dimanapun dan kapanpun agar bisa membuktikan dan menjadi remaja islam yang berkualitas. sebagai bukti telah mengikuti acara tabir STUDIA memberikan Sertifikat alumni Tabir kepada peserta. dan dilanjutkan dengan membentuk halaqoh setiap minggunya. semoga apa yang telah di buat ini bermanfaat dan dinilai ibadah demi semata-mata ikhtiar

Sabtu, 25 Februari 2012

Perpustakaan Studia

Perpustakaan Studia

Musyawarah Besar Studia 2011


Samarinda - Musyawarah besar Studi Islam Al-Amin Samarinda yang bertempat di SMK Negeri 3 Samarinda akhirnya menetapkan Sodara Andi Muhammad Narto sebagai ketua Studia periode 2011-2013 setelah sebelumnya dijabat oleh Barkah cs. Acara yang berlangsung pada tanggal 3/7/2011 ini diikuti lebih dari 70 peserta. Narto adalah salah satu anggota Studia yang dulunya pernah menjabat sebagai anggota PR dan TO. Berbagai pengalaman telah ia lalui baik di dalam maupun diluar lapangan.. Semoga dengan Kepemimpinan beliau STUDIA akan menjadi lebih baik dari sebelumnya... Aamiin..

Jumat, 24 Februari 2012

Apa itu PSDM?

PSDM ( Pengembangan Sumber Daya Manusia ) adalah Departement yang setiap program kerjanya di tujukan kepada Internal ( Di dalam ) STUDIA.merancang kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk membekali kader STUDIA dalam hal wawasan Islam, menjadikan Pribadi-Pribadi yang Cerdas, Profesional, Sholeh. PSDM bekerja Secara TIM di mana setiap anggota yang berada dalam departement PSDM mempunyai amanah-amanah dalam membantu terlaksananya program kerja Departement PSDM. adapun program-program kerja yang ada saat ini dalam departemen PSDM adalah :
- TA'LIM Pengurus STUDIA.
- RIHLAH.
- Pelatihan Da'i.
- Pelatihan Khotib.
- BBAQ ( Bina Baca Al-Quran )
- MUTABA'AH YAUMIYAH (AMALAN HARIAN)